Jumat, 14 Januari 2011

kidung sirna jati sempurna

gung liwang liwung gunung sembung, gunung semar suka lila penembahan lurung-lurung, sirna jati sampurna, kinasodan dening wewengkon ing panggonaneng para wini sepuh.

Selasa, 04 Januari 2011

ma'na perlambang semar

semar adalah seorang panah kawan tunggul payung pandawa lima. wujud yang tergambar dalam wayang semar merupakan perlambang kesempurnaan hamba, yang mana digambarkan sebagai manusia sakti tanpa terciri, pinter bli ketenger, bisa yang membisu, tidak mengutamakan bagusnya penampilan meliankan keikhlasan tanpa pamrih dan kesederhanaanlah yang selalu ditampilkan. padahal melihat sejarahnya beliau sebelumnya adalah sanghyang ismaya yang membangun kedewatan suralaya. tetapi beliau lebih memilih menjadi pawongan tunggul payung, yaitu pawongan yang selalu melayani pandawa lima. bahkan semarlah pawongan yang selalu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pandawa lima. pandawa lima sendiri merupakan wujud nyata seorang hamba yang soleh dan sempurna bersyariat ketuhanan Allah Swt, serta gambaran sifat kemulian akhlaq para Nabi.
adapun ma'na gambaran spiritual yang ada didiri pandawa lima sendiri ialah sebagai berikut;
  1. Darma kusuma (samiaji); merupakan gambaran hamba yang mampu mengamalkan isi kitab suci Al-Qur'an dengan benar, yang bersifat rakhman dan rakhim.
  2. Brata sena (bima werku dara); merupakan gambaran hamba yang mampu mengamalkan ajaran agama Allah Swt secara istikomah, yang tidak pernah melailaikan setiap amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunah, yang bersifat kuat, tegas, dan jujur.
  3. Arjuna (permadi); merupakan gambaran hamba yang mampu mengamalkan rukun iman dan rukun islam dengan benar, bersifat mengasihi dan dikasihi sesama.
  4. Nakula dan Sadewa (kembar); merupakan gambaran hamba yang mampu mengamalkan kesucian secara benar, baik kesucian yang ma'nawi maupun kesucian yang dhohir, sifat pribadinya selalu bersama-sama, bersifat seimbangan dan keselarasan.

Kamis, 30 Desember 2010

Makna dan Pesan Spiritual yang ada pada Simbol Pegelaran Seni Pewayangan

Secara terminology pesan spiritual pada symbol pewayangan dimaknai sebagai nilai luhur yang utuh dan harus disampaikan secara terus menerus. dalam pertunjukkan seni budaya pewayangan baik wayang kulit ataupun wayang golek pada khususnya, didalamnya terdapat makna dan pesan spiritual yang dijelaskan melalui simbol - simbol pewayangan baik yang ada dibentuk wayang tersebut secara khusus maupun yang ada diunsur panggung pementasan pada umumnya. karena bentuk dan unsur panggung yang ada pada umumnya bermakna gambaran secara keseluruhan tentang keadaan alam dunia dan alam kherat (alam goib) dan yang ada didalamnya. Symbol sendiri digunakan karena didalamnya terkandung nilai luhur spiritual yang tidak bisa dijelaskan dengan kata – kata.

Adapun maksud dan tujuan penjelasan, dan penanaman nilai luhur tersebut berorientasi mutlak pada perbaikan kehidupan masyarakat manusia secara keseluruhan dan terus menerus dari generasi kegenerasi, agar manusia tersebut secara keseluruhan lebih berbudaya, tertata, dan sesuai dengan nilai – nilai luhur ketuhanan dan kemanusiaan yang utuh. Karena seni dan budaya merupakan jati diri kita yang berkaitan erat dengan peradaban manusia. Inilah hakikat pawarisan budaya, bukan hanya menjaga bentuk utuh seni dan budaya serta symbol saja, tetapi yang mutlak harus kita jaga adalah nilai luhur spiritual ketuhanan dan kemanusian yang tetap utuh dari generasi kegenerasi dalam proses transformasi seni dan budaya. tidak hanya dijadikan tontonan tetapi jadikan tuntunan. unsur didalamnya haruslah komplit walaupun beda bentuk tetapi maknanya sama. dalam hal ini kami akan menjelaskan secara umum makna pesan spiritual yang ada pada symbol pegelaran pewayangan, adapun penjelasan makna yang ada pada unsur pagelaran pewayangan tersebut ialah;

A. Aturan Adat Kebiasaan dalam Menyaksikan Pagelaran

Bagi para penonton atau pemirsa agar melihat dan menyaksikan seni pagelaran wayang tersebut dari arah depan. Bagi pagelaran wayang golek diadat istiadatkan didepan panggung dalang yang berukuran panjang semester lebih atau lebih tepatnya seperti ukuran kuburan, makna dan pesan spiritualnya agar kita dalam bertindak akan selalu ingat tempat akhir kita perjuangan didunia yaitu kuburan atau alam kelanggengan. Sedangkan bagi yang menyaksikan pagelaran wayang kulit diadat istiadatkan melihat dari arah depan kelir yang berwarna hitam putih dengan makna dan pesan kesucian dalam kelanggengan. yang dilihat dan dipandang serta dilakukan kita haruslah tetap mendasar pada kesucian dalam kesinambungan (langgeng) disegala hal. Inilah dasar pendidikan kita dalam menangkap nilai luhur spiritual dalam wujud cara pandang dan cara menyingkapi sebuah pertunjukkan.

B. Makna dan symbol dalam unsur seni dan budaya pagelaran wayang

1) Kegiatan pembuka dan penutup pagelaran seni pewayangan, isisnya adalah sulu’ pembuka dan penutup yang berisikan pujian pada sang maha pencipta yaitu Allah Swt, makna dan pesanya segala sesuatu perbuatan kita dalam keseluruhan haruslah diawali oleh sebuah rasa syukur dan keridhoan berupa pujian dan doa pada Allah Swt, agar setiap pekerjaan berhasil mendapat rodhoNYA.

2) Dalang, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; adalah disimbolkan sebagai sebuah wujud tuhan yang selalu mengatur, mengawasi, dan berqodo qodar pada setiap gerak – gerik makhlukNYA.

3) Kelir, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah batas dunia, dan batas segalnya baik kebenaran maupun kejahatan. kitapun harus memiliki batasan dalam segala hal.

4) Dalung (lampu pagelaran), Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah penerangan alam semesta yang bersumber dan atas ijin Allah Swt. kitapun harus bias menjadi penerang bagi orang lain yang masih dalam selimut kegelapan.

5) Kedebog Pisang, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah tempat berpijak yaitu bumi, yang berwatak kesabaran, memikul tanggung jawab, dan menghidupi siapa saja yang ada disekitarnya. kitapun harus bisa memiliki tabiat atau watak tersebut diatas.

6) Sinden atau juru kawih, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; seorang wujud kenikmatan yang langgeng yang ada disisi tuhan yaitu bidadari. Kitapun harus berusaha mencapai kenikmatan yang ada disisi tuhan, yaitu jannatul fidaush.

7) Para Nayaga (penabuh gamelan), Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; seluruh malaikat yang selalu ta’at pada peritah Allah yang dijadikan wakilnya dalam mengatur seluruh alam.

8) Gamelan, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah suara alam, dan suara manusia, seperti saron pangkat disimbolkan sebagai suara seorang pemimpin yang dijadikan petunjuk wakil tuhan dalam menyampaikan wahyu kebenaran. Gong disimbolkan sebagai suara orang yang sombong, kecrek disimbolkan sebagai suara anak kecil. dan suara – suara yang lain.

9) Kayon, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah unsur. kehidupan yang setiap jenis makhluk ada, dari yang terbawah sampai yang teratas.

10) Wayang, Ma’na dan pesan spiritual yang terkandung didalamnya adalah; sebuah lambang wujud manusia, jin, dan bangsa rokh lainya.

Symbol – symbol tersebut diatas merupakan gambaran dan bentuk petunjuk yang mudah dan gampang dilaksanakan oleh setiap orang karena wujud simbol tersebut tergambar jelas.

Rabu, 29 Desember 2010

Kisah Keyakinan Dizaman Pewayangan

Wujud keyakinan merupakan sebuah pengejawantahan dari apa yang dilihat, diketahui, dirasakan dan dibenarkan. keyakinan dalam hal ini berorientasi pada keyakinan maring gusti hyang maha pencipta jagad alam semesta Allah Swt. walaupun dalam Situasi dan kondisi yang berbeda, keyakinan harus tetap utuh dan sempurna.

Kisah ini dumilai pada suarga manik loka kayangan kedewatan sura laya. Bermula dari keadaan suarga manik loka kedewatan sura laya yang tentram, digetarkan pada keadaan yang dimulai atau ditandai dengan goncang dan menguapnya kawah candra dimuka, pintu selamet tangkep yang buka tutup sehingga membuat penghinu alam tri loka gonjang ganjing. Batara guru sang hyang manik maya pun membuka primbon kaca petunjuk madampat kelima pancer, sehingga penyebab keributan pun diketahui dan terdeteksi. yaitu akan datangnya tamu yang tak diundang. Sehingga para dewa dan jawata berjaga didepan pintu selamet tangkep. Para dewa jawatapun berjaga dan tamu ksatria denawa pun dihadang serta diperiksa. Tapi tamu kesatria denawa tersebut memaksa ingin bertemu batara guru manik maya akhirnya para dewa jawata pun tidak ada yang sanggup melawan, akhirnya batara guru sang yang manik mayapun diculik dan dibawa oleh ksatria untuk tersebut bertemu dengan rajanya.

Disisi lain dikampung tumaritis desa kendal growopun didatangin tamu juga pendita denawa tua yang dengan maksud ingin membawa semar badra naya. Karena maksud yang tidak jelas dan memaksa, sehingga kesabaran anak cucu semar pun bertempur dan tidak ada yang menang semar pun maju menandangi pandita sepuh tersebut dan pertempuranpun tidak dielakkan lagi dan keduanya sama bobot karatnya tidak ada yang menang kacek pilih tanding. Akhirnya semar bicara pada anak cucunya agar beliau sengaja ikut pandita tersebut dengan maksud ingin mengetahui dan bertemu rajanya pendita sepuh tersebut. Akhirnya semar dan sang hyang batar guru manik maya pun, dihadapkan pada seorang raja para utusan tersebut.

Sang maha Raja pun memperkenalkan dirinya bahwa namanya adalah sang maha raja diraja prabu domampara (nama tuhan di zaman pewayangan) raja tersebut berupa raja denawa bermuka celeng yang bertampang seram penuh wibawa keangkara murkaan. Akhirnya sang prabu denawa mengutarakan maksudnya bahwa ia ingin dan sengaja memanggil semar dan batara guru karena keduanya mewakili seluruh makhluk yang ada. Bahwa raja tersebut ingin disembah oleh batara guru dan semar dan ingin dianggap tuhan sang pencipta. Akhirnya yang pertama ditanyapun adalah sang hyang pramesti jagat nata batar guru raja bertanya dan menawarkan pada betara guru bahwa batar guru harus menyembah raja domampara karena kalau dia menyembah raj domampara maka hidupnya akan senang sepanjang hidupnya tapi kalau batara guru tidak mau menyembahnya maka akan disiksa dan sepanjang hidupnya akan menderita. Batar guru pun ragu, sambil ketakutan dan bingung tidak bisa memutuskan keyakinannya dan menyerahkan keputusanya pada semar dan semar pun menyerahkan keputusan keyakinan batara guru pada dirinya dan jangan bawa-bawa dia dalam keputusanya. Akhirnya batara gurupun belummemutuskan keyakinannya. Akhirnya semar yang mengetahui maksud raja tersebut tanpa ditanya lagi oleh raja tersebut semar langsung menjawab dengan lantang dan memutuskan pilihanya bahwa ia tidak sudi dan tidak ikhlas untuk menyembah raja denawa tersebut karena semar tegas memilih untuk menyembah tuhanya yaitu Allah Swt yang memiliki sifat berbeda dengan makhluknya. karena bagi semar dia lebih meilih hidup sengsara dan susah dari pada menggadaikan mengorbankan keyakinanya untuk meyembah raja tersebut. Semar pun berulang kali menegaskan pilihan dan keputusanya seperti tersebut diatas tiga kali sambil meludah kewajah raja denawa dan menotoknya. Batara guru pun mengikuti semar dan menyamakan keputusanya dengan keputusan semar. Akhirnya raja denawa prabu domampara pun jengkel dan merasa terhina dengan ulah semar, akhirnya keduanya semar dan batara guru dimaksukkan dalam tahanan (kuncara).

Pasukan dewa jawata kedewatan, astina, dan pendawa menyerbu kerajaan prabu domampara, tapi kesemuanya tidak ada yang kuat. Akhirnya penasehat perang kesemunaya yaitu sri nalendra batara kresna melihat pepakem ogan sengkala lopian tentang orang yang dapat memberi petunjuk pemusnahan angkara murka tersebut. dan batara kresna melihat cungkring yang pada saat itu menjadi seorang pandita luhung. batara kresna duduk penuh hormat pada pendita cungring untuk meminta saran dari pendita cungkring anak semar, agar bagai mana cara untuk menghilangkan keangkara murkaan jagad raya tersebut, akhirnya cungkring yang dipercaya tersebut berkata kepada kresna, bahwa orang yang sanggup menghilangkan keangkara murkaan tersebut ialah seorang insan kamil yaitu prabu darma kusuma. Pendita cungring pun mendatangi prabu darma kusumah (yudistira) agar beliau bersedia ikut berperang melawan raja denawa tersebut, prabu darma kusumah pun menyetujui saran cungkring sambil diajari cara berperang melawan raja tersebut. Dimedan laga para pasukan kedewatan dan yang lainya pada terkapar lemas tak berdaya, dan prabu domampara tersebut melihat prabu darma kusumah yang maju kemedan laga dengan langkah yang pelan dan kehati-hatian, melihat prabu darma kusumah dengan langkah yang pelan tersebut, raja domampara tidak sabaran dan terbang keatas hendak memendamkan prabu darma kusuma kedalam tanah, akan tetapi dengan ijin Allah Swt, melalui pribawa jamus kalimayang sahadat prabu domampara jatuh tersungkur ketanah dengan keadaan lemas dan prabu domampara tersebut memohon ampun dan sirna seanak buahnyangahyang menjadi idazil lakhnatullah (dazal).

Dengan pribawa jamus kalimahyang sahadat yang ada tusuk rambut prabu darma kusuma para pasukan kadewatan, kurawa, pandawa dan semar batara guru pun bebas dan waluya jati waluya, mulih asal maring keadaan Negara ingkang tentrem gemah ripah lohjinawi rame ing gawe suci ing pamrih.

Senin, 21 Juni 2010

BAHAN JAMUS KALIMAHYANG SAHADAT

Yang melatar belakangi dimunculkanya jenis pusaka yang disebut jamus kalimahyang sahadat adalah, dalam sejarah pewayangan dan sejarah kondisi sosial masyarakat tanah jawa pada saat itu menurut versi para Aulia Allah, yang mana media pewayangan tersebut dijadikan media da'wah para Aulia, sesepuh, dan ulama-ulama salaf.
Media tersebut sangat menunjang, mengena, dan mempersatukan basic sosial masyarakat tanah jawa pada saat itu, di mana saat tersebut terjadi kemerosotan mental dan penyalagunaan kekuatan spiritual akbat dari pola sosial masyarakat bangsawan, pendatang, ksatria, dan kasta sudra.
Pada saat tersebut dibutuhkan bentuk wujud yang sempurna yang menjadi solusi tepat dalam kemerosotan sosial, pemersatu, serta perlambang yang diinginkan masyarakat tanah jawa yang mana masyarakat tersebut sudah mendarah daging akan bentuk keyakinan animisme dan dinamisme. sehingga simbol soslusi tersebut dimunculkan oleh para Aulia sebagai jenis pusaka yang dikenal dengan jamus kalimahyang sahadat yang berbentuk dua lembar daun seperti kertas.
Maka yang terjadi adalah penigkatan da'wah islamiyah yang pesat, perubahan adabiyah masyarakat yang mulia, fleksibel, berakhlaq mulia dan beriringan bengan budaya setempat yang berisikan nilai pesan spiritual yang positif tanpa adanya pelecehan dan penghapusan sosial budaya.
Menurut sejarah pewayangan bahwa bahan yang digunakan untuk menulis jamus kalimahyang sahadat tersebut adalah sebuah daun dari suarga bandang dari atau disebut juga pohon kayu banakeling, atau kayu kestuba, yang diambil oleh Sayid Anwar dan Sayid Anwas putra jeng Nabi Siss dari istri pertama yang bernama Dewi Siti Mulah dan Dewi Siti Jelajah.

Jamus Kalimahyang Sahadat

  • dalam pengertiannya jamus berarti yang dipuja dan dimusti-musti, kalimah berarti dua bentuk tersendiri yang menunjuk dzat yang maha agung yaitu ALLAH Swt, sedangkan sahadat berarti penyaksian yang meliputi ucapan, hati, dan perbuatan.
jadi yang disebut jamus kalimahyang sahadat adalah realisasi dari segala apa yang ada dihati, diucapkan, dan dilaksanakan harus sesuai dengan rujukan dari dzat yang maha agung, atau pengejawantahan sifat hyang maha agung. sebab katiganya harus sejalan, untuk mengejawantahkan sifat, af'al, dan dzat yang maha agung, agar dapat merealisasikankan hal tersebut tidak ada pintu lain selain dari pintu Rasullullah Saw sebagai kholifah ALLAH dibumi yang kamil mukamil. yang tercermin jelas dari lafadz kalimah dua sahadat yaitu asshadu anla ilaha illallah waashaduanna muhammada rasulullah
  • dari situlah seorang hamba dapat sampai, mengenal, dan mengejawantahkan segala af'al Allah yang maha agung. dan memperoleh kejayaan dunia akherat. pintu yang telah Rasullullah masuki haruslah sama dengan pintu yang akan kita masuki, agar hasil dan tempat mendaratnya sama. karena Rasullullah sendiri telah sekian puluh abad lamanya berpulang, terus
    bagai mana kita dapat memasuki pintu yang telah rasullullah laksanakan. jawabanya adalah dengan pintu Al ulama warastatul ambiya . ulama sendiri banyak jumlahnya, terus ulama yang seperti apakah,? ulama yang sejati, ulama akherat, ulama yang benar-benar dicerdikan oleh ALLAH, ulama yang membimbing umat pada kebenaran., ulama yang zuhud, ulama yang berilmu tinggi, yang sakti tanpa aji, ulama tersebut terkumpul dalam ulama mursyid yang kamil mukamil yang tali silsilah rohaniahnya yambung dan sampai pada rasullulah.
hanya dengan hal tersebutlah seorang hamba dapat memperolaeh kehebatan jamus kalimahyang sahadat seperti yang telah disejarahkan nyatakan dalam dunia pewayangan dan adapat pula direalisasikan dalam kehidupan sekarang. hukum dari seorang hamba dapat mengenal tuhannya adalah wajib karena dengan mengenal tuhannya seorang hamba dapat menyatukan kehendak dirinya dan kehendak tuhannya. sedangkan orang yang memiliki jamus kalimayang sahadat tersebut disimbol nyatakan berupa semar badranaya. sangat benarlah simbol tersebut yang para Aulia gambarkan pada seni pewayangan berupa wayang semar. karena semar sendiri gambaran pengejawantahan seorang guru yang mursyid.