Rabu, 29 Desember 2010

Kisah Keyakinan Dizaman Pewayangan

Wujud keyakinan merupakan sebuah pengejawantahan dari apa yang dilihat, diketahui, dirasakan dan dibenarkan. keyakinan dalam hal ini berorientasi pada keyakinan maring gusti hyang maha pencipta jagad alam semesta Allah Swt. walaupun dalam Situasi dan kondisi yang berbeda, keyakinan harus tetap utuh dan sempurna.

Kisah ini dumilai pada suarga manik loka kayangan kedewatan sura laya. Bermula dari keadaan suarga manik loka kedewatan sura laya yang tentram, digetarkan pada keadaan yang dimulai atau ditandai dengan goncang dan menguapnya kawah candra dimuka, pintu selamet tangkep yang buka tutup sehingga membuat penghinu alam tri loka gonjang ganjing. Batara guru sang hyang manik maya pun membuka primbon kaca petunjuk madampat kelima pancer, sehingga penyebab keributan pun diketahui dan terdeteksi. yaitu akan datangnya tamu yang tak diundang. Sehingga para dewa dan jawata berjaga didepan pintu selamet tangkep. Para dewa jawatapun berjaga dan tamu ksatria denawa pun dihadang serta diperiksa. Tapi tamu kesatria denawa tersebut memaksa ingin bertemu batara guru manik maya akhirnya para dewa jawata pun tidak ada yang sanggup melawan, akhirnya batara guru sang yang manik mayapun diculik dan dibawa oleh ksatria untuk tersebut bertemu dengan rajanya.

Disisi lain dikampung tumaritis desa kendal growopun didatangin tamu juga pendita denawa tua yang dengan maksud ingin membawa semar badra naya. Karena maksud yang tidak jelas dan memaksa, sehingga kesabaran anak cucu semar pun bertempur dan tidak ada yang menang semar pun maju menandangi pandita sepuh tersebut dan pertempuranpun tidak dielakkan lagi dan keduanya sama bobot karatnya tidak ada yang menang kacek pilih tanding. Akhirnya semar bicara pada anak cucunya agar beliau sengaja ikut pandita tersebut dengan maksud ingin mengetahui dan bertemu rajanya pendita sepuh tersebut. Akhirnya semar dan sang hyang batar guru manik maya pun, dihadapkan pada seorang raja para utusan tersebut.

Sang maha Raja pun memperkenalkan dirinya bahwa namanya adalah sang maha raja diraja prabu domampara (nama tuhan di zaman pewayangan) raja tersebut berupa raja denawa bermuka celeng yang bertampang seram penuh wibawa keangkara murkaan. Akhirnya sang prabu denawa mengutarakan maksudnya bahwa ia ingin dan sengaja memanggil semar dan batara guru karena keduanya mewakili seluruh makhluk yang ada. Bahwa raja tersebut ingin disembah oleh batara guru dan semar dan ingin dianggap tuhan sang pencipta. Akhirnya yang pertama ditanyapun adalah sang hyang pramesti jagat nata batar guru raja bertanya dan menawarkan pada betara guru bahwa batar guru harus menyembah raja domampara karena kalau dia menyembah raj domampara maka hidupnya akan senang sepanjang hidupnya tapi kalau batara guru tidak mau menyembahnya maka akan disiksa dan sepanjang hidupnya akan menderita. Batar guru pun ragu, sambil ketakutan dan bingung tidak bisa memutuskan keyakinannya dan menyerahkan keputusanya pada semar dan semar pun menyerahkan keputusan keyakinan batara guru pada dirinya dan jangan bawa-bawa dia dalam keputusanya. Akhirnya batara gurupun belummemutuskan keyakinannya. Akhirnya semar yang mengetahui maksud raja tersebut tanpa ditanya lagi oleh raja tersebut semar langsung menjawab dengan lantang dan memutuskan pilihanya bahwa ia tidak sudi dan tidak ikhlas untuk menyembah raja denawa tersebut karena semar tegas memilih untuk menyembah tuhanya yaitu Allah Swt yang memiliki sifat berbeda dengan makhluknya. karena bagi semar dia lebih meilih hidup sengsara dan susah dari pada menggadaikan mengorbankan keyakinanya untuk meyembah raja tersebut. Semar pun berulang kali menegaskan pilihan dan keputusanya seperti tersebut diatas tiga kali sambil meludah kewajah raja denawa dan menotoknya. Batara guru pun mengikuti semar dan menyamakan keputusanya dengan keputusan semar. Akhirnya raja denawa prabu domampara pun jengkel dan merasa terhina dengan ulah semar, akhirnya keduanya semar dan batara guru dimaksukkan dalam tahanan (kuncara).

Pasukan dewa jawata kedewatan, astina, dan pendawa menyerbu kerajaan prabu domampara, tapi kesemuanya tidak ada yang kuat. Akhirnya penasehat perang kesemunaya yaitu sri nalendra batara kresna melihat pepakem ogan sengkala lopian tentang orang yang dapat memberi petunjuk pemusnahan angkara murka tersebut. dan batara kresna melihat cungkring yang pada saat itu menjadi seorang pandita luhung. batara kresna duduk penuh hormat pada pendita cungring untuk meminta saran dari pendita cungkring anak semar, agar bagai mana cara untuk menghilangkan keangkara murkaan jagad raya tersebut, akhirnya cungkring yang dipercaya tersebut berkata kepada kresna, bahwa orang yang sanggup menghilangkan keangkara murkaan tersebut ialah seorang insan kamil yaitu prabu darma kusuma. Pendita cungring pun mendatangi prabu darma kusumah (yudistira) agar beliau bersedia ikut berperang melawan raja denawa tersebut, prabu darma kusumah pun menyetujui saran cungkring sambil diajari cara berperang melawan raja tersebut. Dimedan laga para pasukan kedewatan dan yang lainya pada terkapar lemas tak berdaya, dan prabu domampara tersebut melihat prabu darma kusumah yang maju kemedan laga dengan langkah yang pelan dan kehati-hatian, melihat prabu darma kusumah dengan langkah yang pelan tersebut, raja domampara tidak sabaran dan terbang keatas hendak memendamkan prabu darma kusuma kedalam tanah, akan tetapi dengan ijin Allah Swt, melalui pribawa jamus kalimayang sahadat prabu domampara jatuh tersungkur ketanah dengan keadaan lemas dan prabu domampara tersebut memohon ampun dan sirna seanak buahnyangahyang menjadi idazil lakhnatullah (dazal).

Dengan pribawa jamus kalimahyang sahadat yang ada tusuk rambut prabu darma kusuma para pasukan kadewatan, kurawa, pandawa dan semar batara guru pun bebas dan waluya jati waluya, mulih asal maring keadaan Negara ingkang tentrem gemah ripah lohjinawi rame ing gawe suci ing pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar